Anxiety Disorders
Kecemasan merupakan hal
yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang
dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang
bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam
situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.
Gangguan kecemasan
diperkirakan diidap 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of
Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang
mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Ahli
psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan
persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa dirinya dalam
ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut akan perpisahan,
terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang dicintainya.
Perasaan-perasaam tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang tidak
disadari oleh individu.
TIPE-TIPE GANGGUAN KECEMASAN
Anxiety disorder memiliki beberapa pembagian yang lebih spesifik. diantaranya:
1.
Phobia
Fobia adalah ketakutan
yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa
tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa
traumatik yang pernah dialami individu.
Fobia dibedakan menjadi
dua jenis,yaitu:
a. Specific Phobia (formerly
Simple Phobia)
Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau
peristiwa traumatik tertentu, misalnya: binatang, ketinggian, tempat tertutup,
darah. Yang menderita kebanyakan wanita, dimulai semenjak kecil. Agorafobia:
kata yunani, agora=tempat berkumpul, pasar. Sekelompok ketakutan yang berpusat
pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut kerumunan, takut bepergian.
Banyak wanita yang menderita ini dimulai pada masa remaja dan permulaan dewasa.
Simtom: ketegangan, pusing, kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi
gila. 90% dari suatu sampel: takut tempat tinggi, tempat tertutup, elevator.
b. Social Phobia (Social
Anxiety Disorder)
Ketakutan
berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat
adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan
atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian
yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
2. Obsessive-Compulsive
Disorder
Obsesi: pikiran yang
berkali-kali datang yang mengganggu - tampak tidak rasional - tidak dapat
dikontrol → mengganggu hidup. Dapat berbentuk keragu-raguan yang ekstrim,
penangguhan tidak dapat membuat keputusan.pasien tidak dapat mengambil
kesimpulan.
Kompulsi: impuls yang
tidak dapat ditolak mengulangi tingkah laku ritualistik berkali-kali. Kompulsi
sering berhubungan dengan kebersihan dan keteraturan. Penderita merasa apa yang
dilakukannya asing.
3. PTSD
Orang yang memiliki PTSD mungkin merasa stres atau takut
bahkan ketika mereka tidak lagi dalam bahaya. Tidak semua orang dengan PTSD
telah melalui peristiwa berbahaya. Beberapa orang mengalami PTSD setelah
seorang teman atau anggota keluarga dalam keadaan berbahaya atau dirugikan,
kematian mendadak dan tidak terduga dari orang yang dicintai. Hal-hal tersebut
juga dapat menyebabkan PTSD.
4.
GAD
GAD
merupakan salah satu kecemasan yang dikarakteristikkan dengan adanya kecemasan
yang tidak terkontrol, terus menerus, kuat mengenai hal-hal dalam kehidupan
sehari-hari, dimana hal-hal tersebut dicemaskan secara berlebihan atau tidak
sewajarnya mencemaskannya secara berlebihan.
Penderita generalized anxiety disorder menganggap
kekhawatiran mereka sebagai sesuatu yang tidak dapat dikendalikan (Ruscio,
Borkovek, & Ruscio, 2001). Usaha mereka untuk mengendalikan kecemasan
biasanya gagal dan biasanya menderita sejumlah simptom baik fisik maupun psikologis
yang mempengaruhi aspek sosial, pekerjaan dan fungsi kehidupan secara umum.
Mereka mudah merasa sering tidak berdaya dan sering berada dalam situasi
tertekan dan suli berkonsentrasi. Sering merasakan ketegangan yang sangat besar
yang membuat mereka tidak dapat berfikir, pada mala harinya sulit untuk tidur,
atau sulit untuk tetap tidur atau meskipun tidur, tidak merasakan kepuasan dari
tidurnya.
5.
Panic
Attack
Serangan
Panik atau Panic attack adalah perasaan teror yang datang menyerang secara
tiba-tiba tanpa peringatan.
Serangan panik dapat terjadi kapan saja bahkan waktu tidur
sekalipun. Umumnya serangan akan memuncak dalam waktu 10 menit, namun beberapa
gejala akan berlangsung lebih lama.
Sekali seseorang mendapat serangan panik, misalnya, ketika mengendarai
mobil, sedang belanja di toko yang penuh sesak, atau sedang berada didalam lift
(elevator), maka dia bisa dapat mengembangkan takut yang tidak rasional, yang
disebut phobia pada situasi-situasi ini dan mulai
menghindari mereka. Pada akhirnya, pola dari menghindari dan tingkat ketakutan
atas serangan lainnya, dapat mencapai suatu titik dimana individu dengan panic
disorder mungkin tidak lagi mampu mengendarai mobil atau bahkan keluar dari
rumah. Pada tingkat ini, individu ini disebut mempunyai panic disorder dengan agoraphobia.
6.
Acute
Stress Disorder
Gangguan
stress akut ditandai dengan perkembangan kecemasan yang parah, disosiatif dan
gejala lain yang terjadi dalam waktu satu bulan setelah terkena stressor
traumatis yang ekstrem (misalnya: melihat kematian atau kecelakaan serius).
Sebagai tanggapan terhadap peristiwa traumatik, individu mengembangkan gejala
disosiatif. Individu dengan gangguan stres akut mempunyai penurunan respon
emosional, seringkali sulit atau tidak mungkin untuk mengalami kenikmatan dala
kegiatan-kegiatan menyenangkan sebelumnya, dan serng merasa bersalah karena
mengejar tugas-tugas kehidupan biasa. Seseorang dengan gangguan stres akut
dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi, merasa terlepas dari tubuh mereka,
pengalaman dunia sebagai tidak nyata atau mimpi, atau mengalami kenaikan
kesulitan mengingat detail spesifik dari peristiwa traumatik (amnesia
disosiatif).
TERAPI GANGGUAN KECEMASAN
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama
lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya
berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak
menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan
dapat melalui beberapa pendekatan:
1.
Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan
energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk
membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa
kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan
adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk
melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap
tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang
modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal
dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu
mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2.
Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik
percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang
sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang
yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab
itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan
mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya.
Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka
yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan
mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke
permukaan.
3.
Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi
obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan
benzodiazepine, Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine
mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik. Obat
antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai
efek antidepresi.
4.
Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan
belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan
belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam
menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada
beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya:
a.
Terapi Kognitif
Terapi
yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif,
terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa
kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan
perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial.
Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan
sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang
disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak
ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa
mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka.
Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran
mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu
contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana
terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional
sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
b.
Cognitive-Behavioral
Therapy (CBT)
Terapi
ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik
kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang
mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan
stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif
dan gangguan panik.
Pada
fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada
pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu
menghadapi sendiri situasi tersebut.
(http://www.psychologymania.com/2011/07/gangguan-kecemasan-anxiety-disorder.html)
DAFTAR PUSTAKA
Supratinya,A. 1995. Mengenal Perilaku
Abnormal. Yogyakarta: Kanisius.
LAB/UPF
LAB/UPF
Ilmu Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis
Dan Terapi. Surabaya: Fakultas kedokteran Universitas Airlangga dan
RSUD Dr. Soetomo.
Panggabean, L. (2003). Pengembangan Kesehatan
Perkotaan ditinjau dari Aspek Psikososial. (makalah). Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat DepKes. Rs. Tidak dipublikasikan
Prof. Dr.
Sutardjo A. Wiramihardja. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar